Kompasiana.: Ada yang menarik dalam pertandingan terakhir babak
grup piala Konfederasi 2013 tadi pagi. Pertandingan yang mempertemukan
Uruguay dengan Tahiti, sebuah negara ‘entah dimana’. Sebelum
pertandiingan, semua pengamat dan penonton sudah memprediksi hasil akhir
akan dimenangkan Uruguay dengan jumlah gol yang banyak. Bagaimana
tidak, 2 pertandingan sebelumnya, Tahiti menjadi lumbung gol bagi
lawan-lawannya. Pertandingan pertama dibantai Nigeria dengan 6 gol, main
kedua digelontori 10 gol oleh Spanyol. Sehingga tidak aneh, kalau semua
memprediksi bahwa Uruguay pun akan menang besar, dan terbukti Uruguay berhasil menyarangkan 8 gol ke gawang Tahiti tanpa balas.
Lalu apanya yang menarik?
Tahiti datang dengan mengundang banyak pertanyaan
khalayak. Tahiti juara apa sih, kok bisa ikut piala Konfederasi? Negara
Tahiti itu dimana sioh? Dll.
Tahiti memang datang sebagai juara Ocean, tapi kita
tahu kualitas sepakbola Negara-negara Ocean sana. Sangat jauh
dibandingkan negara-negara peserta piala Konfederasi lainnya, yaitu
Brasil, Italia, Spanyol, Uruguay, Mexico, Jepang dan Nigeria. Sehingga
itu tadi, setiap bertanding selalu kalah dengan jumlah gol di atas 5.
Termasuk kekalahan terakhir dari Uruguay. Dan ini yang menariknya, dalam
pertandingan antara Uruguay itu, mayoritas penonton simpati pada
Tahiti, sehingga setiap pemain Tahiti dapat bola, penonton yang ada di
stadion bersorak, apalagi ketika pemain-pemain Tahiti berhasil merangsek
ke daerah Uruguay dan mengancam gawang mereka, sorak-sorai penonton
semakin ramai. Begitu juga semangat pemain-pemain Tahiti yang tak kenal
lelah. Seolah mereka berkata, “Kami memang tim amatir, sehingga tak
masalah kami kalah, kami bangga bermain dengan tim-tim dunia.” Dan itu
semakin terlihat saat wasit meniup peluit panjang di akhir pertandingan.
Para pemain Tahiti bergembira, bersorak, berlari, disambut aplaus semua
penonton yang ada di stadion.
Lalu apa hubungannya dengan PKS?
Entah bisa disamakan atau tidak, tapi ini menurut
penulis, apa yang dialami Tahiti sama dengan yang dialami PKS. Menjadi
bulan-bulanan lawan, akhirnya dapat simpati dan empati. 2 kali menderita
jadi lumbung gol lawan, Tahiti mendapat simpati penonton. Demikian juga
dengan PKS, terlepas terbukti atau tidak kasus impor sapi, karena
sampai sekarang masih proses pengadilan, PKS jadi bulan-bulanan media.
Hampir setiap hari media cetak, elektronik dan online, memuat kasus yang
membuat merah kuping para kader PKS ini. Bahkan berita-beritanya sudah
keluar dari konteks hukum dan mengarah ke infotainment. Bukan sehari dua
hari, bahkan berbulan-bulan sejak awal Pebruari silam. Tapi itu tadi,
kejadian yang menimpa PKS ini jadi bikin penasaran pembaca/pemirsa, dan
lahir simpati. Ini terbukti dengan kemenangan PKS di Pilgub Jawa Barat
dan Sumatera Utara. Dan terakhir kemenangan PKS di Pilkada Kota Bandung,
hari Minggu kemarin. Kemenangan ini mengantarkan Kader PKS menjadi
Wakil Walikota Bandung. Walaupun belum resmi, tapi hasil quick count
beberapa lembaga menunjukkan pasangan yang diusung PKS ini berhasil
meraup 42% suara. Menang satu putaran.
Demikian analisa penulis, entah nyambung atau tidak antara Tahiti dengan PKS, monggo pembaca menilainya
0 komentar:
Plaas 'n opmerking